Awalnya, gue ngebet kepengen nonton The Vow cuma karena satu alasan: there is Chaning Tatum in this movie. Gue emang udah ngefans banget sama aktor ganteng ini sejak pertama kali nonton G.I. Joe. Baru sejak itu gue sadar bahwa dia adalah cowok ganteng yang sama yang sebelumnya pernah membintangi She’s the Man! Dari situ gue pun mulai mencari-cari film yang pernah dia bintangi, dan kebetulan, gue emang selalu suka sama film-filmnya dia. Sebut aja Step Up dan Dear John, 2 filmnya Chaning Tatum yang paling gue sukai setelah G.I. Joe.
Now let’s go to talk about The Vow; film yang terinspirasi dari kisah nyata yang dialami pasangan Carpenters di New Mexico, pada tahun 1993.
The Vow bercerita tentang kecelakaan tragis yang menimpa sepasang suami isteri, Leo (Chaning Tatum) dan Paige (Rachel McAdams), yang mengakibatkan Paige sempat terbaring koma beberapa minggu lamanya. Saat sang isteri bangun dari tidur panjangnya, diketahui bahwa ternyata, dia mengalami lupa ingatan yang menghapus semua memori jangka pendeknya, termasuk memori mengenai Leo, suaminya sendiri.
Pada saat terbangun, Paige merasa dia masih Paige yang dulu: anak praktisi hukum kaya raya yang juga sedang mengambil pendidikan hukum di universitas ternama, yang bahkan ironisnya, Paige merasa masih bertunangan dengan mantan kekasihnya yang dulu!
Leo yang terlihat sangat-sangat mencintai istrinya itu lalu berusaha keras untuk mengembalikan ingatan Paige, serta berusaha keras untuk membuat sang istri kembali jatuh cinta kepadanya seperti sebelum kecelakaan itu terjadi. Hal ini seolah pembuktian dari “the vow” atau janji yang dulu diucapkan Leo pada hari pernikahannya bahwa dia akan mencintai Paige dalam keadaan apapun, dan bahwa cinta yang dia miliki adalah cinta untuk selama-lamanya.
Saat membaca resensi film The Vow, gue mengharapkan ada banyak adegan romantis yang menunjukkan usaha Leo untuk kembali memenangkan hati istrinya. Adegan seperti itu memang ada, tapi tidak sebanyak yang gue harapkan. Sepanjang film ini, Leo hanya mengajak Paige yang lupa ingatan itu untuk berkencan sebanyak satu kali saja. Bagaimana mungkin Paige bisa jatuh cinta kepada Leo hanya setelah satu kali berkencan? Bagi Leo, kencan itu bisa jadi sudah kencan yang ke puluhan atau ratusan kali, tapi bagi Paige, that was her first date with Leo. Jadi kenapa usaha Leo hanya sampai di situ saja?
Masih ingat film 50 First Dates yang dibintangi oleh Adam Sandler dan Drew Barrymore? Film ini juga bercerita tentang wanita yang mengalami gangguan pada ingatannya. Dalam 50 First Dates malah jauh lebih parah; Lucy sang wanita akan melupakan Henry sang pria satu hari sesudahnya! Akhirnya, setiap hari, Henry selalu mencari cara-cara baru untuk membuat Lucy kembali jatuh hati kepada dirinya. Hubungannya dengan The Vow, menurut pendapat gue pribadi, usaha sekeras Henry itulah yang mungkin penonton harapkan akan senantiasa dilakukan oleh Leo, tanpa pernah mengenal kata menyerah.
Jadi kalau menurut pendapat pribadi gue, film The Vow terasa agak-agak mengecewakan. Akhirnya Leo menyerah dan memutuskan untuk bercerai dengan Paige. At that point, his vow in his wedding day has been broken. Memang mengharukan melihat Leo menitikkan air mata saat memutuskan untuk menyerah dan melepaskan Paige. Tapi akan lebih mengharukan jika bisa melihat Leo pantang menyerah untuk mendekati istrinya kembali.
Kembali ke pasangan Carpenters; pasangan yang mengilhami lahirnya film layar lebar ini, kenyataannya, perceraian itu tidak pernah terjadi di anatara mereka. Jika merujuk pada kisah nyata keluarga ini, sang suami benar-benar tidak pernah menyerah menghadapi istrinya yang sudah melupakan dirinya itu. Dia bukan cuma harus berusaha mendapatkan kembali cinta sang istri, melainkan juga harus bersabar menghadapi perubahan tingkah laku yang dialami istrinya pasca trauma otak.
Pada saat-saat tersulitnya, Mr. Carpenter berkata, “I’m no hero. I made a vow.”
Begitu pula dengan Mrs. Carpenter. Selama lupa ingatan (yang sampai sekarang ingatan yang hilang itu masih belum kembali lagi), dia tetap berusaha mempertahankan pernikahannya hanya karena dia merasa harus memegang teguh janjinya kepada Tuhan, yang dia ucapkan di hari pernikahannya.
Kesimpulannya kali ini, The Vow tidak berhasil masuk ke daftar film favorit sepanjang masa yang gue punya. Alur ceritanya kurang rapih, jalan pikiran tokoh-tokohnya agak sulit dimengerti, dan jalan ceritanya tidak sesuai dengan ekspektasi. Padahal film ini bisa jauh lebih bagus, dan seharusnya, film ini bisa memberikan inspirasi tentang pentingnya menjaga janji pernikahan.
Menurut gue, janji adalah sesuatu yang terkadang diperlukan usaha keras hanya untuk dapat memenuhinya. Begitu pula dengan jodoh… Tuhan hanya mempertemukan, tetapi tetap manusia yang harus berusaha untuk mendapatkan dan mempertahankannya. Itulah alasannya gue tidak setuju dengan pernyataan Leo saat memutuskan untuk melepas Paige. Dia bilang, jika mereka memang ditakdirkan untuk bersama, maka mereka akan kembali bersama.
Memang pada akhirnya, Paige sendiri yang datang kembali kepada Leo. But the thing is… the vow has been broken and in real love, having just faith is not enough. You have to fight for it, no matter what the barrier is. Berkacalah pada pasangan Carpenter… yang benar-benar berjuang sekuat tenaga instead of hanya sekedar pasrah kepada takdir.
At the end… The Vow movie is not too bad for me. At least… seeing the cute Chaning Tatum could be so much entertaining, hehehehehe.