Gue ingin mengawali tulisan ini dengan keluhan. Tepatnya, keluhan yang gue rasakan semenjak mulai menapakkan kaki di dunia kerja…
Bekerja membuat gue nyaris kehilangan waktu buat diri gue sendiri. Waktu masih kerja sambil nyusun skripsi, waktu luang gue habis buat ngumpulin data, baca buku dan artikel penunjang, bimbingan, ngetik, dan ngedit isi skripsi gue. Setelah skripsi selesai, gue malah pindah ke EY persis di saat musim lembur di sana baru saja akan dimulai. Kalo sebelumnya jam lima ’teng’ gue langsung ’go’, makali ini istilah ’tenggo’ baru berlaku kalo gue bisa pulang kantor jam 7 malam. Selebihnya? Mostly kita pulang antara jam 9- 12 malam. Untungnya situasi seperti ini nggak akan terjadi sepanjang tahun. Musim lembur akan berakhir kira-kira bulan Maret 2009.
Selain itu, gue juga jadi kehilangan waktu untuk merawat diri. Facial ke salon kecantikan wajah, luluran seminggu sekali, atau sekedar cuci muka sehari tiga kali dan keramas setiap hari. Kayaknya kalo weekend enakan tidur sepuasnya, nonton DVD, pergi shopping, atau seseruan gosip sama temen-temen gue. Soal cuci muka sehari tiga kali, emang bisa-bisa aja kalo gue mau cuci muka gue (pake sabun) di sela-sela kesibukan kantor. Tapi gue kan pake jilbab, yang artinya, untuk cuci muka gue harus buka jilbab dan daleman jilbab gue, cuci muka, terus jilbabnya dipake lagi! Bikin males dan buang-buang waktu.
Dan akibat dari semua itu adalah tubuh kelelahan, jerawat merajalela, rambut rontok, mood jadi drop, dan berat badan yang nggak naik-naik meskipun udah makan sebanyak apapun (cuma naik satu kilo selama empat bulan itu nggak bisa dianggap sebagai kenaikan yang berarti kan?). Selain itu, konsentrasi gue juga jadi agak kacau. Sering salah ketik ’2009’ jadi ’2008’, suka salah ngomong, salah pesen makanan waktu di restoran, sampe hal-hal kecil lain yang dodol dan bikin malu.
Yang paling menyebalkan dan yang sedang gue alami akhir-akhir ini adalah: gue bahkan udah kesulitan untuk menikmati weekend! Selain karena hari Sabtu tetep kerja, masalah lainnya adalah kalopun hari Minggu libur gue tetep aja males pergi-pergi untuk menghibur diri. Gimana nggak males kalo sekujur tubuh rasanya pegel-pegel dan suhu tubuh cenderung terasa lebih hangat? Bawaannya tuh pengen nempel sama sofa atau kasur di kamar melulu! Sesekali masih gue paksain pergi ke luar terutama untuk keperluan shopping. Tapi sekali lagi anehnya, gue juga jadi kurang menikmati acara shopping! Males aja gitu muter-muter terus bolak-balik ke fitting room melulu. Jadi sekalinya nemu barang yang pas ya langsung aja gue ambil dua pcs dengan warna yang berbeda.
Rasanya masa di mana gue leluasa bersenang-senang itu seperti sudah jadi masa lalu… Dan imlek tahun ini adalah pertanda sudah satu tahun gue mencicipi dunia kerja. Satu tahun yang penuh kerja keras, rasa letih, dan pastinya, penuh dengan pembelajaran yang tidak ternilai harganya dan tidak terbeli oleh apapun di dunia ini. Jadi terlepas segala keluhan yang gue ungkapkan di sini, bekerja memberi lebih banyak kontribusi dalam proses pendewasaan diri gue.
Dengan bekerja, gue mempelajari bahwa seringkali kita harus bisa menahan ego pribadi demi nama baik perusahaan. Gue mempelajari bagaimana cara menghadapi orang yang paling menyebalkan sekalipun. Politik kantor itu emang kejam, tapi bukan berarti kita harus ikutan jadi orang jahat kan? Makanya diperlukan kematangan emosi untuk menghadapi orang-orang menyebalkan dengan cara yang paling cerdas. Dan untuk mencapai hal itu, kita harus terlebih dahulu berhenti bersikap naif dan menerima fakta bahwa tidak semua orang bisa dijadikan teman seperjuangan.
Dinamika dunia kerja juga membentuk mental gue dalam menjalani hidup yang semakin berat. Nggak lantas down lalu benci sama atasan yang mengajukan kritik. Nggak lantas merasa rendah diri saat ada klien atau rekan kerja yang bersikap sombong. Mencoba memaafkan saat terjadi perselisihan. Dan yang sedang gue pelajari akhir-akhir ini adalah; bagaimana caranya mengeluarkan keluhan di saat dan dengan cara yang tepat. Agak sulit untuk tidak mengeluh terutama apabila teman yang ada di samping kita adalah orang yang sangat suka mengeluhkan pekerjaannya.
Akhirnya, gue ingin menutup tulisan ini dengan ucapan syukur ke khadirat Allah Swt. Tanpa rezeki yang diberikan-Nya, gue nggak akan pernah bisa curi start untuk kerja sebelum lulus kuliah. Tanpa kekuatan dan kemudahan yang Ia limpahkan, gue nggak akan bertahan untuk tetap bekerja dan nyusun skripsi di saat yang bersamaan. Lalu tanpa ridha dan anugerah dari-Nya, hari ini gue nggak akan berdiri sebagai satu bagian dari perusahaan raksasa yang pernah gue impikan… Harapan gue, tahun demi tahun akan terus gue lewati dengan banyak belajar, banyak bersyukur, dan tidak pernah berhenti untuk senantiasa berusaha memperbaiki diri. Amien.